Minggu, 13 November 2011

mana yang benar

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
World Health Organization (WHO) sebagai badan kesehatan dunia merekomendasikan bahwa anak sebaiknya disusui hanya Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan. Makanan seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun (WHO, 2005). Pada tahun 2003 pemerintah Indonesia merubah rekomendasi lamanya pemberian ASI Eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan (BPS, 2007).
Masalah program pemberian ASI Eksklusif meliputi pelayanan konseling ASI, teknik menyusui yang benar dan bimbingan laktasi dari petugas kesehatan kepada ibu-ibu bersalin. Hal ini terkadang terabaikan dikarenakan agresifnya produsen susu formula memasarkan produknya. Cara menyusui yang salah menyebabkan ibu-ibu muda enggan memberikan ASI-nya dikarenakan mereka mengeluh sakit dan lecet pada puting susu mereka. Salah satu agar bayi mereka tetap mendapatkan susu adalah dengan memberikan susu formula (Eny, 2009).
Banyaknya jumlah bayi terkadang tidak seimbang dengan jumlah cakupan pemberian ASI Eksklusif, pada tahun 2007 jumlah bayi yang diberikan ASI Eksklusif 245.019 (27,71%), sedangkan jumlah seluruh bayi adalah sebesar 867.678 bayi, untuk target tahun 2010 sebesar 60% harus dicapai (BPS, 2007).
Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat gizi yang diperlukan merupakan makanan yang aman tidak perlu biaya tambahan dan tiak kalah pentingnya mengandung zat kekebalan tubuh yang tidak dimiliki oleh susu formula. Memulainya pemberian ASI secara dini dapat merangsang produksi ASI memperkuat reflex menghisap bayi, mempererat hubungan emosional ibu dan bayinya, dapat memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum dan merangsang kontraksi uterus (Eny, 2009).
Pemberian ASI membutuhkan suatu cara dengan harapan cara tersebut dapat memenuhi kebutuhan bayi. Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994) yang kegiatannya berdasarkan pada pengetahuan ibu tentang; pembentukan ASI dan persiapan pemberian ASI; posisi dan perlekatan menyusui; langkah-langkah menyusui yang benar; cara pengamatan teknik menyusui yang benar; lama dan frekwensi menyusui.
Selain itu, dalam Buku Saku Bidan Poskesdes diketahui tanda-tanda menyusui yang salah, seperti: mulut bayi tidak terbuka lebar; dagu tidak menempel pada payudara; dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi terputar; sebagian besar areola masih terlihat; bayi menghisap sebentar-sebentar; bayi tetap gelisah pada akhir menyusu; kadang-kadang bayi minum berjam-jam; puting susu ibu lecet dan sakit (Depkes, 2006).
Kesalahan pada teknik menyusui dapat menyebabkan puting susu terasa sakit dan beberapa akibat lainnya. Normalnya ibu menyusui hanya akan merasakan sakit atau nyeri pada putingnya selama beberapa detik saat bayi baru pertama kali menempelkan bibirnya di payudara. Namun puting yang sakit akan menjadi suatu hal yang tidak normal ketika rasa sakitnya berlangsung selama menyusui atau lamanya menyusui. Kondisi ini tentu saja membuat kegiatan menyusui menjadi tidak menyenangkan dan malah ada yang menghentikan kegiatan menyusuinya. Penyebab sakitnya puting saat menyusui adalah akibat posisi menyusui yang salah atau melintang.
Salah satu cara untuk membantu bayi agar bisa menyusu dengan benar adalah memastikan bahwa si kecil sudah siap untuk menyusui. Ketika bayi sudah membuka mulutnya dengan lebar, maka akan lebih mudah bagi ibu untuk membimbing mulutnya ke puting payudara ibu.
Berikan penopang pada bagian belakang kepala bayi dengan tangan yang dominan, lalu arahkan puting ke ruang antara hidung dan bibir atas bayi. Ketika mulut bayi sudah terbuka lebar (seperti menguap), maka ibu bisa memasukkan puting payudara ke mulut bayi yang dimulai dengan bibir bawah lalu ditutup dengan bibir atas.
Selain masalah salah posisi menyusui tersebut di atas, ada beberapa penyebab puting terasa sakit atau bengkak akibat menyusui, yaitu:
Bayi memiliki lidah yang terikat. Kondisi ini tidaklah umum, tapi jika bayi memiliki kulit berlebih (frenulum) yang akan membuat ibu merasa seakan-akan bayinya menggigit ketika sedang disusui.
Ibu memiliki infeksi jamur (thrush). Puting akan terlihat merah, lecet dan terasa seperti terbakar. Selain itu ibu mungkin akan melihat bercak putih di mulut bayi yaitu meliputi lidah, bagian dalam pipi serta gusi.
Bayi 'mengasyik' di payudara ibu. Membiarkan bayi tetap mengisap payudara terlalu lama dalam dua atau tiga hari pertama akan membuat puting terasa sakit. Ketika bayi sudah mengisap terlalu lama dan panjang, maka cobalah untuk memindahkannya ke sisi yang lain. Karena kondisi ini akan menyebabkan lecet kecil di ujung puting yang nantinya dapat bertambah parah. (Rosdiana, 2010)
Sesuai dengan program pemerintah, peningkatan kualitas manusia Indonesia seutuhnya dapat dicapai antara lain dengan program PP-ASI tetapi berbagai faktor dapat berpengaruh terhadap keputusan ibu tentang menyusui antara lain adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pengalaman, pengetahuan ibu dan juga keluarga yang berpengaruh. Walaupun menyusui merupakan suatu proses alamiah namun untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mulai dari perawatan payudara sampai cara menyusui yang benar dan merupakan salah satu tatalaksana untuk menunjang keberhasilan menyusui (Depkes RI, 2004).
Penyuluhan sebagai tindak lanjut mengenai pengetahuan tentang ASI Eksklusif dan teknik menyusui yang tepat sangat mempengaruhi pelaksanaan program ASI Eksklusif. Penyuluhan dapat dilakukan pada saat hamil maupun pada masa nifas.
Berdasarkan studi pendahuluan dari Buku Register Rawat Inap yang dilakukan di Zaal Kebidanan RSD Kolonel Abundjani Bangko didapat jumlah ibu nifas pada bulan oktober tahun 2011 sebanyak 75 orang, dan pada saat peneliti melakukan survey awal dengan cara observasi dan wawancara pada 5 (lima) orang ibu post partum diketahui bahwa hanya satu orang telah menyusui bayinya dengan teknik menyusui yang benar dan ibu paham tentang teknik menyusui dan 4 (empat) orang lainnya menyusui bayinya dengan cara yang penulis anggap salah dan kurang paham tentang langkah-langkah dari teknik menyusui yang benar.
Banyak faktor penyebab yang mempengaruhi seseorang untuk menyusui bayinya terutama dengan teknik menyusui yang benar, salah satunya adalah kurangnya penerimaan informasi tentang pemberian ASI Eksklusif dan teknik menyusui yang benar .
Berdasarkan studi pendahuluan di atas, maka penulis berasumsi mungkin masih banyaknya ibu-ibu yang menyusui bayinya dengan teknik yang salah pada beberapa daerah pedesaan di Kabupaten Merangin. Dari asumsi ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran teknik menyusui dari ibu-ibu post partum di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin 2011.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih banyaknya Ibu Post Partum yang belum mengerti dan paham dengan teknik menyusui yang benar di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin Tahun 2011.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitiannya adalah:
Bagaimana gambaran teknik menyusui ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Bagaimana gambaran penyuluhan teknik menyusui ibu post partum di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Bagaimana gambaran pengetahuan ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Bagaimana gambaran paritas ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Bagaimana gambaran tingkat pendidikan ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Diketahui gambaran teknik menyusui menurut karakteristik ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran teknik menyusui ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran penyuluhan teknik menyusui ibu post partum di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran paritas ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan ibu post partum tentang teknik menyusui di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.

Manfaat Penelitian
Bagi Masyarakat Desa Rawa Jaya
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan pengetahuan tentang teknik menyusui.
Bagi Bidan Desa Rawa Jaya
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam upaya pemberian penyuluhan guna peningkatkan pengetahuan tentang teknik menyusui.
Bagi Puskesmas Muara Delang
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam upaya perencanaan dan pemberian penyuluhan guna peningkatkan pengetahuan tentang teknik menyusui.
Bagi Akademi Kebidanan Merangin
Sebagai bahan untuk menambah referensi dan dapat memberikan masukan pada peneliti berikutnya tentang masalah penyuluhan pada masa nifas khususnya mengenai teknik menyusui.
Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi dalam melakukan penelitian dengan judul yang sama dan variabel yang berbeda.
Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat keterbatasan peneliti maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
Ruang lingkup masalah
Penelitian ini dibatasi pada gambaran teknik menyusui menurut karakteristik ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Ruang lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011
Ruang lingkup waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan November - Desember 2011.
Ruang lingkup objek atau sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011
Ruang lingkup cara
Penelitian ini di lakukan dengan cara pretest, treatment, posttest dan observasi dengan menggunakan daftar tilik.
Ruang lingkup tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk gambaran teknik menyusui menurut karakteristik ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Ruang lingkup alasan
Karena masih banyaknya ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011 tidak menyusukan bayinya dengan teknik menyusui yang benar.

BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
ASI (Air Susu Ibu)
Pengertian Asi
Air Susu Ibu (ASI) mengandung lemak, protein dan kasein susu. Produksi ASI sekitar 600-700 ml/hari. Sifat isotonik dengan plasma. Mengadung protein alfa-laktoalbumin dan beta-laktoglobulin. Colostrum adalah air susu pada masa awal pasca persalinan yaitu 5 hari sampai 4 minggu. Asi terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kasein asam amino dan mengandung antibodi terhadap kuman, virus dan jamur. Demikian juga ASI mengandung growth, yaitu faktor yang berguna diantaranya untuk perkembagan mukosa usus.
ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan juga merangsang pertumbuhan bayi normal. Antibodi yang terkandung dalam air susu adalah immunoglobulin A (Ig A), bersama dengan berbagai system komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperisidase, lisozim, laktoglobuli, interleukin sitokin dan sebaginya (Yanto, 2003).

Teknik Menyusui
Pengertian
Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
Macam-macam posisi menyusui yang benar
Adapun macam-macam posisi menyusui yang benar diantaranya adalah: posisi menyusui sambil berdiri, duduk dan sambil rebahan. Posisi menyusui dengan sikap duduk dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa posisi ini adalah posisi yang santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi (Eny, 2010).
Bagaimana posisi menyusui yang benar. Tentunya, posisi menyusui sangat menentukan bagi kenyamanan bayi dan ibu sendiri. Apakah harus selalu menyusui dalam posisi berbaring? Tidak. Kita harus membiasakan bayi bisa menyusu dalam keadaan apapun. Baik kita tidur di rumah, berdiri, duduk, atau bahkan saat kita sedang berada di atas kendaraan. Posisi menyusui tersebut diantaranya:
1. The cradle. Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir. Bagaimana caranya? Pastikan punggung Anda benar-benar mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi di perut Anda, sampai kulitnya dan kulit Anda saling bersentuhan. Biarkan tubuhnya menghadap ke arah Anda, dan letakkan kepalanya pada siku Anda.
2. The cross cradle hold. Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala, mirip dengan posisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar atas kepala bayi. Posisi menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu dengan puting payudara kecil.
3. The football hold. Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda dan bayi terselip di bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang bola kaki. Ini adalah posisi terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau untuk ibu-ibu dengan payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal untuk menopang bayi.
4. Saddle hold. Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk menyusui dalam posisi duduk. Ini juga bekerja dengan baik jika bayi Anda memiliki pilek atau sakit telinga. Caranya, bayi Anda duduk tegak dengan kaki mengangkangi Anda sendiri.
5. The lying position. Menyusui dengan berbaring akan memberi Anda lebih banyak kesempatan untuk bersantai dan juga untuk tidur lebih banyak pada malam hari. Anda bisa tidur saat bayi menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi dengan bantal. Pastikan bahwa perut bayi menyentuh Anda (Ariani Dewi Widodo, dr, SpA).
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut: Bayi tampak tenang; Badan bayi menempel pada perut ibu; Mulut bayi terbuka lebar; Dagu bayi menmpel pada payudara ibu; Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk; Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan; Puting susu tidak terasa nyeri; Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus; Kepala bayi agak menengadah.
Pembentukan dan persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan areola mamae makin menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI menurut Manuaba, (2010) dapat dilaksanakan dengan jalan:
Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu.
Persiapan payudara untuk menyusui menurut Breastfeeding mothers” Support Group Singapore adalah:
Kenakan BH yang nyaman dan menopang payudara dengan baik.
Jangan membersihkan puting dan payudara dengan sabun dan alcohol karena akan membuat puting dan payudara menjadi kering dan mudah luka
Rawatlah puting setiap hari dengan air hangat saja dan jika mau oleskan krim khusus payudara. Jangan menggunakan Vaseline atau bahan lain yang mengandung zat berbahaya
4. Perlekatan Menyusui
Perlekatan (Latch-on) adalah bagaimana mulut bayi bertemu dengan puting ibu dalam penghisapan ASI. Perlekatan ini penting karena menentukan sedikit-banyaknya ASI yang keluar. Kalau sekadar menempel ke payudara ibu, maka hanya ujung puting yang diisap oleh bayi. Akibatnya meski sudah menyedot sekuat tenaga, ASI hanya keluar sedikit mengingat "gudang" ASI tepat berada di bawah areola. Ibu akan merasa nyeri dan puting pun biasanya lecet. (Rahayu Utami, 2005).
Berikut tahapan untuk mendapat perlekatan yang baik yang dianjurkan:
Temukan posisi senyaman mungkin. Ibu harus dalam keadaan santai. Ibu dan anak harus dalam keadaan nyaman.
Bila ingin duduk, pilihlah kursi yang tidak terlalu tinggi. Upayakan telapak kaki menjejak lantai dengan nyaman. Bila ingin berbaring, perhatikan ketinggian posisi bayi. Usahakan bayi yang mendekatkan diri ke ibu dan bukan sebaliknya. Ini bermanfaat supaya ibu merasa nyaman dan tidak cepat lelah. Bila perlu, manfaatkan bantal sebagai penyangga tubuh bayi.
Pegang payudara dengan tangan yang tidak menggendong bayi, jempol di atas payudara, jari telunjuk dan tengan di bawahnya. Dagu bayi harus diposisikan agak menekan payudara sementara jidatnya agak ke belakang, supaya bayi tidak terhalang untuk bernafas.
Dekatkanlah bayi pada payudara, sentuhkan puting pada pipi si bayi. Bayi anda akan refleks menoleh dan menghisap puting ke mulutnya. Jangan putus asa apabila bayi anda kelihatannya sulit untuk menghisap, karena bayi pun masih belajar untuk melakukan ini. Anda berdua masih belajar.
Perhatikan posisi bayi
Idealnya, kepala dan tubuh bayi haruslah lurus dan sejajar.
Posisi payudara lebih tinggi dari kepala bayi. Jangan sampai kepala bayi lebih tinggi karena bayi pasti sulit menekuk kepalanya sedemikian rupa.
Dagu bayi harus menempel pada payudara ibu.
Usahakan supaya dada bayi menempel ke dada ibu atau perutnya menempel ke perut ibu.
Upayakan semua bagian areola masuk ke dalam mulut bayi. Jika ibu memiliki areola yang besar, utamakan bagian bawahnya masuk lebih banyak dibanding bagian atas. Sekilas bibir bayi tampak dower bila perlekatannya baik dan akan terdengar suara bayi menelan susu (lihat gambar). Sebaliknya, perlekatan yang salah membuat ASI tidak keluar maksimal.
Puting harus berada di dalam mulutnya (di atas lidah bayi) sehingga terlihat bibir bayi berada di aerola (bagian gelap payudara yang mengelilingi puting).
Arahkan puting dan areola ke langit-langit bayi. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti posisi menggunting, tekan payudara hingga agak gepeng menyerupai sandwich. Setelah areola masuk seluruhnya ke mulut bayi, jari tangan boleh dilepas.
Ibu yang bijak dalam menyusui harus juga mengenal tanda-tanda perlekatan yang benar, seperti:
Seluruh tubuh bayi menghadap ke payudara dan perut bayi menempel pada perut ibu.
Kepala, punggung dan bokong bayi merupakan garis lurus.
Muka bayi dekat payudara.
Bayi didekatkan ke payudara dengan bokong disangga.
Dagu bayi menempel di payudara.
Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah melengkung kearah luar.
Bagian atas areola diatas bibir atas bayi terlihat lebih banyak dan dibawah bibir bawah terlihat lebih sedikit (bayi sebaiknya memasukkan sebagian besar areola dalam mulutnya).
Bayi menelan perlahan dan mengisap dengan kuat, terlihat dari daun telinganya yang bergerak-gerak.
Bayi terlihat rileks/santai dan puas pada akhir menyusui.
Ibu tidak merasakan puting sakit.
Ibu mungkin dapat mendengar bayi menelan.
Payudara terasa lunak sesudah meneteki.
Guna mengakhiri perlekatan ibu juga harus tahu cara untuk menghentikan perlekatan, yaitu: dengan cara perlahan-lahan masukkan jari anda ke pinggiran mulut bayi untuk melepaskan hisapannya. Jangan menarik puting secara paksa dari mulut bayi
5. Langkah-langkah menyusui yang benar.
Persiapan mental dan fisik. Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang, tidak tergesa gesa atau takut dan malu payudaranya yang indah nongol ke permukaan. Tentu untuk memperoleh suasana ini, perlu dicari lokasi menyusui yang pas dan terjaga privasinya sehingga terhindar dari tontonan orang. Minum segelas air sebelum menyusui merupakan salah satu cara untuk membuat sang ibu merasa tenang. Hindari menyusui dalam keadaan haus dan lapar.
Persiapan tempat dan alat. Sebelum menyusui perlu dicari tempat duduk/kursi yang nyaman dengan sandaran punggung dan tangan serta bantalan untuk menopang tangan yang menggendong bayi. Capek khan kalau tangan terus terusan menyangga bayi dengan tidak nyaman, yang ujung ujungnya mempersingkat waktu menyusui.
Sebelum menggendong bayi, tangan dicuci sampai benar benar bersih untuk menghindari ASI terkontaminasi oleh kuman. Lalu sebelum menyusui, tekan daerah sekitar puting susu diantara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2 – 3 tetes ASI, kemudian oleskan ke seluruh bagian puting susu. Cara menyusui yang baik adalah bila ibu melepaskan kedua payudaranya dari pemakaian BH.
Susukan bayi sesuai dengan kebutuhan, jangan dijadual. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2 – 3 jam. Setiap menyusui, lakukan pada kedua payudara secara bergantian masing masing selama kurang lebih 10 menit. Mulai selalu dengan payudara sisi yang terakhir disusui sebelumnya. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.
Setelah selesai, oleskan ASI seperti awal menyusui dan biarkan kering oleh udara sebelum memakai BH untuk mencegah lecet. Hal ini dapat dilakukan sambil menyangga bayi agar bersendawa. Menyendawakan bayi setelah menyusui harus selalu dilakukan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Secara lebih rinci perilaku kesehatan mencakup:
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik secara pasif maupun aktif sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku ini dengan sendirinya berhubungan dengan tingkat pencegahan penyakit.
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan misalnya makan makanan bergizi, dan olahraga.
Perilaku pencegahan penyakit misalnya memakai kelambu untuk mencegah malaria, pemberian imunisasi.
Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan misalnya usaha mengobati penyakitnya sendiri, pengobatan di fasilitas kesehatan atau pengobatan ke fasilitas kesehatan tradisional.
Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan setelah sembuh dari penyakit misalnya melakukan diet, melakukan anjuran dokter selama masa pemulihan.
Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat–obat.
Perilaku terhadap makanan. Perilaku ini mencakup pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur – unsur yang terkandung di dalamnya, pengelolaan makanan dan lain sebagainya sehubungan dengan tubuh kita.
Perilaku terhadap lingkungan sehat adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai salah satu determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan.itu sendiri.

Faktor Penentu (Determinan) Perilaku
Perilaku kesehatan seperti halnya perilaku pada umumnya melibatkan banyak faktor. Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
Faktor pembawa (predisposing factor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai–nilai dan lain sebagainya
Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan.
Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari faktor–faktor di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas kesehatan dan perilaku petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya, dapat disebabkan karena dia memang belum tahu manfaat imunisasi (predisposing factor),.atau karena jarak posyandu dan puskesmas yang jauh dari rumahnya (enabling factor) sebab lain bisa jadi karena tokoh masyarakat di wilayahnya tidak mau mengimunisasikan anaknya (reinforcing factor) Model di atas dengan jelas menggambarkan bahwa terjadinya perilaku secara umum tergantung faktor intern (dari dalam individu) dan faktor ekstern (dari luar individu) yang saling memperkuat. Maka sudah selayaknya kalau kita ingin merubah perilaku kita harus memperhatikan faktor–faktor tersebut di atas.
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour.
Di dalam program–program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma–norma kesehatan diperlukan usaha–usaha yang konkrit dan positip.
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan– peraturan/undang–undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba/penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat.

2. Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng.
3. Diskusi partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.
Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak berguna untuk mewujudkan perubahan yang langgeng. (Notoatmodjo, dkk, 1985)
Perilaku menyusui yang benar dari ibu post partum atau ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif berdasarkan teori di atas juga akan dipengaruhi oleh:
Faktor pembawa (predisposing factor) didalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai–nilai dan lain sebagainya terhadap teknik menyusui yang benar kepada bayinya.
Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan tentang pelaksanaan teknik menyusui yang benar kepada bayinya.
Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku ibu menyusui dalam melaksanakan teknik menyusui yang benar sehingga kebutuhan bayi akan ASI terpenuhi dan program pemberian ASI Eksklusif dapat terlaksana dengan baik..



BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian pada BAB II, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Antesenden Variabel Independent Variabel Dependent
(Variabel Pendahulu)




Definisi Operasional
Teknik Menyusui
Adalah suatu upaya yang dilakukan dengan cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan posisi ibu dan bayi
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Daftar tilik
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1. Benar, apabila dilakukan sesuai dengan standar
Tidak Benar, apabila dilakukan tidak sesuai dengan standar.
2. Penyuluhan Teknik Menyusui
Adalah penerimaan informasi oleh ibu post partum tentang teknik menyusui.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1. Ada, jika penyampaian informasi disampaikan pada ibu post partum.
Tidak ada, jika penyampaian informasi tidak disampaikan pada ibu post partum.

Pengetahuan Teknik Menyusui
Adalah pengetahuan ibu tentang teknik menyusui.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : 1. Baik: jika menjawab benar dengan persentase jawaban antara 76 – 100%.
Cukup; jika menjawab benar dengan persentase jawaban antara 56 – 75%.
Kurang; jika menjawab ≤ 56% (Nursalam, 2003: 124)
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui Gambaran Penyuluhan Teknik Menyusui Terhadap ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Sampel
Menurut (Notoatmodjo, 2005: 79) Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian adalah seluruh ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman observasi berupa daftar tilik dan kuisionr untuk mendeskripsikan gambaran penyuluhan teknik menyusui terhadap ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011.
Waktu penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilakukan pada bulan November – Desember 2011
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan daftar tilik dan kuesioner yang dilakukan secara langsung terhadap ibu yang punya bayi 0 – 12 bulan Desa Rawa Jaya, Kecamatan Tabir Selatan Kabupaten Merangin tahun 2011 pada bulan November – Desember 2011.
Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui tahapan sebagai berikut:
Collecting, Merupakan cara pengumpulan data dengan pengelompokkan data sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan dengan menggunakan pedoman observasi berupa daftar tilik.
Editing, Merupakan pengecekan daftar tilik untuk melihat apakah jawaban yang ada sudah lengkap.
Coding, Merupakan penilaian jawaban responden kedalam teori yang dilakukan dengan memberikan tanda atau kode pada masing-masing jawaban.
Scoring, Adalah pemberian nilai dari jawaban pengisian daftar tilik dengan kriteria jawaban yang benar (1) dan jawaban salah diberi nilai (0).
Tabulating, Yaitu pengerjaan dengan membuat tabel distribusi frekwensi.
Analisa Data
Analisis data yang dipakai pada penelitian ini adalah analisis univariat, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi frekwensi dari variabel yang diteliti, menggunakan rumus:
P = f/n x 100 %
Keterangan:
P : Distribusi frekwensi
f : Frekwensi
n : Jumlah sampel

1 komentar:

pecelele mengatakan...

isi dari variabel pendahulu adalah Penyuluhan Teknik Menyusui; isi dari variabel dependen adalah teknik menyusui dan isi dari variabel independen adalah paritas, pengetahuan dan pendidikan.